Minggu, 27 Maret 2011

Pendahuluan Tahsinul Qira'ah

          Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Rasulullah e, ia memiliki keagungan yang luar biasa, sehingga tiada seorangpun yang mampu menandinginya, tiada pula yang mampu membuat satu ayat semisal dengannya.[1] Ia merupakan firman Allah U yang senantiasa memberikan curahan pahala kepada setiap orang yang berinteraksi dengannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan membiasakan diri membacanya.[2]
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah mulia yang pahalanya dilipatkan gandakan sebanyak sepuluh kali lipat kebaikan.[3] Namun, jika dilihat secara langsung, ternyata kemampuan membaca Al-Qur’an mayoritas ummat Islam Indonesia saat ini, jauh dibawah standar yang diajarkan Rasulullah e. Diantara penyebab terjadinya hal ini ialah minimnya kebiasaan membaca Al-Qur’an, serta kurangnya kesadaran akan kelemahannya dalam ilmu tajwîd, sehingga tidak ada daya tarik untuk berguru dan mendalami ilmu tersebut.
Padahal Allah U telah menjanjikan kemudahan bagi siapapun yang tergerak untuk mempelajari kitabNya. Sebagaimana penegasan Allah U dalam Al-Qur’an, bahkan terulang sebanyak empat kali[4];
”Dan sungguh telah Kami beri kemudahan bagi Al-Qur’an untuk dipelajari. Maka, adakah yang mau mempelajarinya?” 
          Artinya, siapapun yang berminat untuk mempelajari Al-Qur’an, pasti akan mendapatkan kemudahan dari Allah U. Namun, mempelajari Al-Qur’an (tahsîn & tajwîd) secara teori melalui beberapa buku, belumlah cukup. Perlu adanya talaqqi (belajar secara langsung) dari seseorang yang memiliki sanad, menguasai ilmu tersebut, dan cara inilah yang sesuai dengan sunnah.
          Nah, kehadiran buku ini, diharapkan mampu menjadi perantara yang dapat memberikan kemudahan bagi para pelajar dan pengajar Al-Qur’an untuk mengenal lebih jauh di mana letak makhraj (tempat keluar) huruf-huruf hija’iyyah secara praktis dan bagaimana cara mengucapkannya. Begitu pula dengan ilmu tajwîd dan ayat-ayat gharîbahnya serta kiat membaca Al-Qur’an dengan tartîl sebagaimana sunnahnya. Namun, sekali lagi penulis tekankan, tidaklah sempurna jika hanya mempelajari buku ini, tanpa bertalaqqi dengan ahlinya.
          Hanya kepada Allah U kita berharap rahmat dan ridhaNya. Semoga kesungguhan kita dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an mengantarkan kita untuk meraih syafaatNya. Amîn Yâ Mujîb.


Yogyakarta, 17 Ramadhan 1431 H
Penyusun,

Muhammad Solihuddin, al-Hafidz, S.Q


[1] Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” QS. Al-Isrâ’: 88
[2] “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah salat...” QS. Al-Ankabût: 45
[3] HR. At-Tirmidzi
[4] QS. Al-Qamar: 17, 22, 3, 40.

Senin, 21 Maret 2011

EnjoyQur'an


MENGAPA KITA MENGHAFAL AL QUR’AN?
1.     Menjaga Otentisitas (Kemurnian) Al Qur’an
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an, dan Kami benar-benar memeliharanya.” QS. Al Hijr: 9
“Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang yang berilmu.” QS. Al Ankabut: 49

2.    Meningkatkan Keimanan Kepada Allah
“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada waktu malam, dan mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan, mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” QS. Ali Imran: 114
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami...” QS. Fathir: 32

3.    Semakin Dekat Dengan Al Qur’an
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Qur’an) dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” QS. Fathir: 29-30

4.   Mengasah Otak Dan Meningkatkan Daya Ingat
“Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada (otak) orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” QS. Al Ankabut: 49
Menghafal Al Qur’an adalah usaha untuk mengingat dan mengulang ayat terus menerus, kebiasaan inilah yang akan mendorong otak untuk selalu aktif. Jika otak kita terus-menerus aktif, maka hal itu dapat meningkatkan daya ingat serta mencegah kepikunan sampai akhir hayat. Sebagaimana sudah banyak dibuktikan dan dijelaskan secara ilmiah.

PERSIAPAN SEBELUM MENGHAFAL AL QUR’AN
1.   Memiliki Motivasi yang Posisif (Niat Yang Ikhlas)
Niat yang ikhlas merupakan kunci untuk mendapatkan kemudahan dalam menghafalkan Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah: “Katakanlah, sesungguhnya aku hanya di perintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya.” QS. Az Zumar: 11
Cara lain yang bisa dilakukan agar senantiasa termotivasi untuk menghafal Al Qur’an adalah dengan memahami keagungan dan keutamaan-keutamaan para penghafal Al Qur’an, diantaranya;
a.      Sebaik-baik manusia. (HR. Muslim)
b.      Menjadi keluarga dan ‘pilihan’ Allah. (HR. Ahmad)
c.       Mendapat syafa’at di hari kiamat. (HR. Muslim)
d.      Memperoleh pahala terbanyak dari Al Qur’an. (HR. At Tirmidzi)
e.      Manfaat (kemuliaannya) dirasakan kedua orang tua. (HR. Hakim)
f.        Menempati surga tertinggi bersama Nabi. (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
g.      Dan banyak hadits sahih lainnya

2.  Meluangkan Waktu Setiap Harinya
Allah menganugerahkan kepada kita waktu yang sangat panjang; 24 jam dalam sehari. Oleh karena itu, gunakan 30-60 menit saja untuk menghafal. Sedangkan waktu yang efektif untuk menghafal adalah sebelum dan setelah subuh. “Waktu yang tepat untuk membaca serta menghafal Al Quran adalah waktu menjelang subuh dan sesudahnya, karena pikiran pada waktu itu masih jernih dan tenang” Ungkap Khatib Al Baghdady. Namun, itu tergantung komitmen kita, jika kita lebih cocok/ nyaman menghafal di waktu sore atau malam juga bisa.

3.  Menentukan Tempat yang Nyaman dan Layak
Tempat yang digunakan menghafal mempunyai dampak dalam hafalan kita, sebagaimana kita merekam ‘suara’ menggunakan tape recorder/Flashdisk ditempat umum, maka hasilnya semua suara yang ada disitu akan terekam. Jika kita bisa menghafal ditempat yang tenang, maka hasilnya akan lebih baik bagi hafalan kita. Ibnu Qayyim mengatakan; “Hendaklah jangan menghafal dipinggir sungai dan di depan pemkitangan, karena tempat-tempat itu dapat menghalangi kejernihan hati, sedangkan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah Masjid.”
Namun, jika kita sudah terbiasa menghafal, maka kita dapat menghafal dimanapun, baik dalam perjalanan, tempat umum, dll.

4.  Hanya Menggunakan Satu Mushaf
Tujuannya adalah untuk memantapkan hafalan. Karena menghafal ibarat merekam, apabila saat merekam terdapat suara-suara ‘lain’, maka semua akan ikut terekam. Karena itu, sebaiknya kita memiliki satu mushaf saja yang bisa dibawa kemena-mana. Kita bisa menggunakan mushaf yang ayat terakhirnya tepat di akhir halaman (cetakan Syamil dan Qudus). Karena jika kita menggunakan mushaf yang berbeda, maka akan melemahkan hafalan kita, sekaligus bertambah bingung.

5.  Mengikuti Halaqah (kelompok) Menghafal Dengan Seorang Hafidz
Hampir tidak ada orang yang dapat menghafal Al Qur’an sendiri. Karena manusia mamiliki sifat jenuh, bosan, dan saudara2nya. Namun, dengan bimbingan ustadz, maka calon hafidz akan lebih terarah, senantiasa termotivasi dan mendapatkan ‘kekuatan lain’ dalam menghafal.
Kita juga bisa mengajak suami/ istri, orang tua/ anak, atau saudara/ teman dalam menghafal Al Qur’an. (Caranya akan dibahas dalam halaqah tahfidz).

6.  Menjauhi Kemaksiatan, Memperbanyak Do’a Dan Tawakkal
Dosa dapat memadamkan cahaya hati dan kekuatan ibadah. Termasuk dalam mengahafal Al Qur’an, dosa sangat besar pengaruhnya; timbulnya rasa malas membaca dan mengulang2 hafalan, sehingga ayat/surat yang pernah dihafal akan sia-sia.
Selanjutnya adalah berdo’a dan bertawakkal. Hanya dengan do’a, segala kesulitan menjadi mudah, yang mustahil akan terlaksana. Insya Allah, jika niat kita benar, hanya mengharap ridhaNya, pasti Allah akan memudahkan kita.

METODE MENGHAFAL AL QUR’AN
Menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering di ulang, pasti menjadi hafal. Tak heran jika kita lihat sebagian masyarakat Indonesia, rata-rata hafal surat Yasin dan Al Mulk. Burung kakak tua pun mampu menghafal susunan kata, karena sering mendengar kata-kata tersebut. Kalau burung saja dapat menghafal sejumlah kata, apalagi manusia. Jika rajin, dengan izin Allah, tentunya lebih mampu dari pada burung kakak Tua. Anak kecil kadang mampu mengucap dengan persis iklan yang biasa di dengar di radio atau di tv.
Oleh karena itu, siapapun dapat menghafal Al Qur`an. Anak-anak, remaja, bahkan orang tua, asal mau, ia akan hafal sebagian atau seluruh Al Qur`an. Sahabat Rasululloh, rata-rata mengenal Al Qur`an ketika usia dewasa. Ini berarti umur bukan penghalang pertama dalam menghafal Al Qur`an
Penghalang utama menghafal Al Qur`an adalah malas dan pesimis. Jika virus-virus di atas lenyap, insya Allah Al Qur`an muda di hafal. Sedang banyak atau sedikitnya hafalan tergantung azam yang dimiliki.
Namun, tiap manusia kemampuannya berbeda dalam mengingat seseatu yang di ulang-ulang. Sebagian hafal dengan pengulangan lima kali, sebagian lain hafal kalau diulang 20 kali bahkan 30 kali.
Dengan memahami teknik menghafal Al Qur`an yang efektif, insya Allah, segala kekurangan dapat disempurnakan. Ada beberapa teknik menghafal Al Qur`an yang sering dilakukan oleh para penghafal Al Qur’an, diantaranya:
1.      Memahami dan Mengulang-ulang Ayat yang Akan Dihafal
Cara ini juga disebut dengan gaya belajar visual, yakni dengan melibatkan penglihatan kita. Bagi sebagian orang, cara seperti ini sangat efektif dan kekuatan hafalannya sangat baik. Caranya; Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu artinya. Ukurlah kukuatan menghafal kita, kemudian tentukan berapa halaman kemampuan otak kita mengingat, jika setengah halaman (15 baris) misalnya dalam 30 menit, maka pahami dulu ayat-ayat pada halaman tersebut dengan baik maksudnya, hingga terbayang semua ketika kita membacanya.
Setelah faham, cobalah baca berkali-kali sampai kita dapat mengingatnya. Dan jangan lupa ketika kita mengulang-ulang otak kita juga terlibat dalam mengingat maksud tiap ayat yang kita baca, insya Allah kita akan memperoleh hafalan lebih cepat.

2.     Mendengarkan Sebelum Menghafal
Cara menghafal seperti ini dinamakan gaya auditori, yakni memaksimalkan pendengaran kita. Sebagian penghafal ada yang cocok dengan cara ini karena tidak memerlukan suara yang maksimal. Penghafal hanya hanya memerlukan keseriusan mendengar ayat-ayat yang akan dihafal. Ayat-ayat yang akan dihafal dapat di dengar melalui MP3/CD Murattal, dan mendengarkanya harus dilakukan berulang-ulang. Model seperti ini juga sangat cocok digunakan dalam keadaan santai, duduk-duduk, dalam perjalanan sambil mendengarkan ayat-ayat yang akan dihafal. Setelah memperbanyak mendengar (sampai bunyinya terekam dalam otak kita), kita dapat memulai menghafal ayat-ayat tersebut.

3.     Menulis Sebelum Menghafal
Sebagian penghafal Al Qur`an, ada yang cocok dengan menulis ayat-ayat yang akan dihafal. Cara ini biasanya disebut dengan gaya belajar kinestetik/ belajar melalui gerakan-gerakan (simulasi) yang melibatkan semua indra.

AGAR HAFALAN SENANTIASA TERJAGA
1.       Minta tolong orang lain (diutamakan seorang hafidz) untuk mentashih/ menyimak apa yang sudah kita hafalkan.
2.       Sesering mungkin mengulang hafalan, dengan membaca atau mendengar Murattal Al Qur’an, baik di rumah maupun dalam perjalanan.
3.      Sangat diutamakan mengulang hafalan dalam shalat, terutama shalat malam.
4.      sebaiknya kita selalu ditemani mushaf Al Qur’an ‘mini’, atau CD/ MP3 lantunan ayat-ayat Al Qur’an yang sedang kita hafalkan.
5.      Menjauhi dosa, memperbanyak do’a, dan bertawakkal kepada Allah.


Semoga dengan ikhtiyar menghafal Al Qur’an ini, Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa kita, menjaga keluarga kita, melapangkan rizki yang barakah, kesehatan dan khusunul khatimah. Amin.




 

Muhammad Sholihuddin, Al Hafidz, S.Q
Pengasuh Ma’had Tahfidz Al Qur’an Abdullah Ibnu Abbas Yogyakarta

Sabtu, 19 Maret 2011

Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha

Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Merupakan sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
 “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab;  “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Dibangunkan sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh balasan hingga sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).

6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Dengan mengetahui tata cara, niat dan keutamaan shalat Dhuha diatas, semoga menjadi pedoman untuk selalu melaksanakan shalat sunah dhuha dengan benar. Dengan niat karna Allah, semoga mendapat pahala dan tempat yg baik di akhirat nanti. Amin.. Dari berbagai sumber.

MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK MENGHAFAL AL QUR’AN

“Wahai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.” QS. Maryam: 12

Mengenalkan hafalan Al Qur’an pada anak adalah perbuatan yang paling utama dalam Islam. Karena dengan menghafal Al Qur’an dapat mengakrabkan anak pada keagungan kalamullah, membiasakan mereka membaca, mendengar dan berlatih untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang positif ini dapat menjaga fitrah anak, sekaligus membentengi diri dari segala pengaruh negatif di masa mendatang. Sebagaimana pesan Rasulullah pada setiap orang tua, “Ajarkanlah anak-anak kalian tentang tiga hal; mencintai Nabinya, mencintai keluarganya, dan Al Qur’an.” (HR. Ahmad).  Lebih jauh lagi, orang yang terbaik di sisi Rasulullah adalah orang yang senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

PERSIAPAN SEBELUM MENGHAFAL
Sebelum kita mengajak anak-anak kita menghafal Al Qur’an, terlebih dahulu yang harus kita lakukan adalah menanamkan rasa cinta dan senang terhadap Al Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak akan memberi manfaat, bahkan jika kita memaksa anak untuk menghafal Al Qur’an tanpa disertai rasa cinta terlebih dahulu, justru akan memberi dampak negatif bagi mereka: beban sekaligus membosankan. Sedangkan menghafal Al Qur’an yang disertai perasaan cinta dan senang akan menumbuhkan perilaku dan sifat mulia. Menanamkan rasa cinta terhadap Al Qur’an, harus dimulai pertamakali dalam lingkup keluarga, yaitu dengan keteladanan orang tua atau guru. Karena itu, jika kita menginginkan anak mencintai Al Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memperbanyak membacanya, mendengarkannya atau akrab dengannya.
Setelah rasa cinta terhadap Al Qur’an sudah tertanam dalam pribadi anak, selanjutnya yang harus dilakukan orag tua dan guru adalah menanamkan motivasi yang tepat tentang mengapa dan untuk apa mereka menghafal Al Qur’an. Menanamkan motivasi pada anak, dapat dilakukan melaui dialog, misalnya; “Siapakah diantara kalian yang ingin dicintai Allah?” “Betul...” “Kalau kalian ingin dicintai Allah, maka kalian juga harus mencintai Al Qur’an.” Selain dengan cara di atas, motivasi juga bisa dilakukan dengan cara bercerita, dst.
Kemudian, persiapan yang tidak kalah pentingnya adalah menghadirkan suasana yang menyenangkan, atau lebih tepatnya mengkondisikan suasana, ruangan, dan moot anak tetap stabil. Yang terakhir ini dapat dilakukan dengan cara memahami gaya belajar anak, atau memberi apresiasi yang positif, seperti pujian yang tidak berlebihan, hadiah yang bermanfaat, dst.

MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK
Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda dengan yang lain. Memahami bagaimana gaya belajar anak dapat memaksimalkan kemampuan belajarnya. Howard Gardner, seorang professor pendidikan dari Harvard University menyatakan bahwa otak merupakan organ yang sangat kompleks dengan kapasitas yang jauh lebih besar untuk belajar ketimbang yang saat ini dipakai manusia. Sebagian dari kita memiliki otak yang mampu menyerap banyak informasi sekaligus, namun ada juga yang hanya mampu menyerap dan memproses info sedikit demi sedikit. Ada yang mampu menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi dalam otak dengan cepat sementara ada yang melakukan hal tersebut dengan lambat. Ada jenis pikiran yang lebih suka menggunakan hasil pemikiran sendiri daripada mengambil ide orang lain, ada yang sebaliknya. Jadi kita memiliki otak yang memiliki rangkaian tertentu, yang menonjol dalam suatu bidang dan lemah dalam bidang yang lain.
Dalam perkembangan psikologi saat ini, seringkali kecerdasan majemuk dikacaukan dengan gaya belajar. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang pengertian gaya belajar. Gaya belajar adalah cara yang diambil oleh masing-masing orang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkonsentrasi, memproses dan menampung informasi yang masuk ke otak.
Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, dalam karya mereka Neuro Linguistic Programming (NLP) mengemukakan bukti kuat bahwa secara umum kita memiliki ciri belajar yang dominan yaitu: visual, auditori dan kinestetik. Kemudian Ken Dunn dan Rita Dunn mengemukakan factor pendukung gaya belajar meliputi: Lingkungan, Emosional, Sosiologis, Fisiologis, dan psikologis.
Barbara Prashnig dalam bukunya The Power of Learning Styles menulis bahwa gaya belajar dipengaruhi juga oleh kerja otak. Dominasi kerja otak kiri menghasilkan gaya pemrosesan analitis sedangkan dominasi kerja otak kanan menghasilkan gaya pemrosesan holistis.
Penelitian para ahli pendidikan menemukan bahwa 3/5 gaya belajar bersifat genetis, sisanya ketekunan dan pengalaman.
Dalam makalah ini, sedikit saya bahas tentang gaya belajar visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik (physical), walaupun pada perkembangan selanjutnya terdapat gaya belajar nature (alamiah) dan conceptual.
Anak dengan gaya belajar visual cendrung lebih cepat menyerap informasi dengan melihat bagaimana guru menerangkan didepan kelas baik dengan alat bantu tulisan, data maupun gambar. Anak seperti ini dinamakan visual learner.
Anak dengan gaya belajar auditori cendrung lebih cepat menyerap pelajaran dan berkonsentrasi bila mendengarkan guru menjelaskan didepan kelas dan sekaligus menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan. Anak seperti ini dinamakan auditori learner.
Anak dengan gaya belajar kinestetik cendrung lebih cepat menyerap informasi bila ada alat bantu dan aneka alat peraga ataupun gerakan-gerakan. Anak seperti ini lebih cepat berkonsentrasi bila menggerakkan satu atau lebih bagian tubuhnya. Anak seperti ini dinamakan physical learner.

PROSES TERBENTUKNYA HAFALAN
Pada dasarnya, setiap anak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam belajar, namun kemampuan tersebut tidak sepenuhnya dimaksimalkan oleh orang tua maupun guru. Banyak ahli menyimpulkan bahwa Anak belajar dengan baik, apabila dalam suasana yang menyenangkan. Karena pada saat yang menyenangkan, syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima hal-hal baru. Sesungguhnya anak belajar dengan lebih optimal apabila menggunakan seluruh panca inderanya. Dan hasil belajar anak lebih optimal bila anak diberi kesempatan untuk melakukan secara berulang-ulang dan teratur. Konsep inilah yang seharusnya dipakai pada saat mengajarkan anak-anak hafalan Al Qur’an. Karena menghafal adalah sebuah proses mengulang-ulang sesuatu, baik dengan cara membaca atau mendengar. Bahkan pekerjaan apapun jika sering di ulang-ulang, pasti menjadi mudah, terlebih Ayat-ayat Al Qur’an jika selalu diulang-ulang, pasti akan hafal.

BEBERAPA METODE MENGHAFAL AL QUR’AN
Dewasa ini, metode menghafal Al Qur’an sudah banyak bermunculan, dari yang konvensional sampai kontemporer, dari yang mudah sampai yang susah, lokal maupun impor. Bahkan ada beberapa tempat yang masih menggunakan model konvensional (tradisional) dalam menghafal, meskipun audiensnya adalah anak-anak.
Padahal metode yang digunakan sangat menentukan bagaimana terbentuknya hafalan, sekaligus pemahaman dan pengamalannya. Berikut ini, beberapa model menghafal Al Qur’an yang tepat untuk usia TK, yakni penggabungan antara model visual, auditorial, dan kinestetik (gambar, cerita dan gerakan).
Akhirnya, tidak ada anak yang terlahir sempurna. Orang tua, guru dan lingkunganlah yang membentuk kepribadiannya. Karena itu, menanamkan kecintaan terhadap Al Qur’an sejak dini, akan membentuk kepribadian anak yang Qur’ani, menjaga dan memelihara kemurnian Al Qur’an, sesuai dengan harapan Allah yang tertuang dalam firman-Nya “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” QS. Al Hijr: 9.


Muhammad Sholihuddin, S.Q

Pengasuh Forum Halaqah Huffadzul Qur’an & Praktisi Kibar Institut Jogjakarta.
(mh.solih@gmail.com/ Hp: 081904126541)